Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget


Saluran Tersumbat, 200 Hektar Areal Sawah di Peudada Terancam Kekeringan


KabarJW– Syarifuddin (55) tokoh masyarakat Gampong Mesjid, Kecamatan Peudada, prihatin karena banjir musiman yang terus menggenangi rumah warga setiap tahunnya.

Pada KabarJW.com, Jumat (30/12/2022) dirinya menjelaskan bahwa, Daerah aliran (DI) Krueng Peudada mengairi sekitar 200 Ha sawah, yaitu area Gampong Mesjid, Gampong Meunasah Blang, Gampong Baro, dan Gampong Meunasah Alue.

“beberapa bulan lalu terjadi banjir bandang, sekitar 20 meter kondisinya rusak parah. Sehingga banyak sampah yang tersangkut, dan air meluap ke atas ruas sawah. Banyak perumahan warga di sekitar, yang mengalami dampak tersebut,” ungkapnya.


Bahkan bukan hanya sekedar gampong yang dialiri, tapi juga warga Gampong Meunasah Teungoh dan Gampong Kukue.

Hal senada juga disampaikan Nasrul (41), Keuchik Gampong Mesjid, bahwa 100 Meter dinding  sudah miring, dan lantainya sudah terkelupas hingga nampak tanah dasar. Jika tidak segera diperbaiki, kemungkinan akan segera roboh.

Selain itu rute disamping saluran dan merupakan akses petani, sekitar 2 km juga becek dan berlubang. Sehingga petani mengalami kesulitan untuk melintas, mengangkut hasil panen, dan lainnya. Hal tersebut diakibatkan Talud Penahan Timbunan (TPT), sudah roboh akibat truk pembawa matrial pembangunan saluran yang bekerja diakhir tahun 2019.

Nasrul menambahkan selesai pengerjaan, memang pihak rekanan menimbunnya, tapi bukannya membantu malah lebih mempersulit. Jenis tanah yang ditimbun, saat musim penghujan menjadi genangan lumpur dan sulit diakses oleh masyarakat, khususnya petani.

“kami sangat berharap agar segera ada solusi, jangan sampai masalah ini terus berlanjut sampai 2023,” pintanya kemudian.

Drs Maimun (52), Imuem Mukim Blang Birah, Kecamatan Peudada, merupakan salah satu mediator, gotong royong dan pembongkaran saluran tersebut, mangatakan ikut prihatin terhadap kondisi banjir yang setiap tahun dialami masyarakat dalam wilayah kerjanya.

“kondisinya selalu viral dan hampir disetiap berita dan media sosial,kami sudah upayakan untuk memfasilitasi keluhan masyarakat. Namun sampai saat ini belum ada solusi,” ungkapnya kecewa.

M Lidan, selaku Pengamat Irigasi (PI), menyampaikan bahwa pihaknya hanya berwenang menunjukan lokasi. Sementara Perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan dilaksanakan langsung oleh Dinas Pengairan Aceh.

“namun demikian, kami akan segera laporkan kerusakan dan kebutuhan pemeliharaan bangunan tersebut, ke Balai di Banda Aceh serta berharap masyarakat bersabar menunggu proses,” katanya.


Gotong royong saluran dilakukan oleh masyarakat, aparatur gampong, kemukiman, pengamat irigasi, Badan Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Peudada, dan Petugas Penjaga Pintu Air (P3A). [Afrizal/ JW Bireuen]


Posting Komentar

0 Komentar