Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget


Tiga Tahun Tanpa Bides, Layanan Kesehatan di Poskesdes Buket Paya Terhambat

 


KabarJW – M Hasyem (60), Keuchik Gampong Buket Paya, Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen, merasa prihatin semenjak ditinggal Safrida (38) Bidan Desa (Bides) yang bertugas didesanya pada 2020.

Setelah kepindahannya selama tiga tahun yang lalu, belum ada yang mengisi kekosongan Bides di Desa Buket Paya.

Kepala Desa setempat berharap, semoga Dinas Kesehatan Bireuen segera menyelesaikan permasalahan tersebut secepat mungkin, apalagi sudah pernah dilaporkan langsung kepada Camat dan Kepala Puskesmas (Kapus) Peudada tentang kondisi tersebut agar dicarikan solusi terbaik.

"Jika terus menerus bangunan dibiarkan tanpa penghuni, dikhawatirkan kondisinya akan cepat rusak dimakan usia," ujar M Hasyem kepada KabarJW, Selasa (20/06/2023).

Ia mengaku, walaupun Poskesdes tanpa bides, namun Pemerintahan Desa (Pemdes) selalu menjaga dan merawat bangunan tersebut. Bahkan, Pemdes selalu menganggarkan dana untuk perawatan, dimulai dari 2021, yang menganggarkan dana sejumlah 15 juta bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Gampong (APBG), yang diperuntukkan untuk melaksanakan pengecetan ulang, dan mengganti plavon yang hampir ambruk.

Selanjutnya, juga dianggarkan pada 2023 sejumlah Rp 20 juta yang direncanakan untuk mengganti kosen pintu, memasang kanopi, serta pengadaan 30 unit kursi plastik untuk kegiatan Posyandu.

“Khusus mengatasi kebutuhan air, akan dipasang meteran oleh pihak gampong karena saluran PDAM sudah masuk,” ujar keuchik desa setempat.

Selama ini, katanya, masyarakat sering mengeluh karena harus berobat ke Poskesdes Cot Kruet dan Alue Gandai yang jaraknya lebih kurang dua kilometer, jika kondisi musim penghujan tiba, biasanya jalan dari Buket Paya menuju Dayah Mon Ara kondisinya berlumpur dan berlubang penuh genangan air, sehingga sangat susah dilalui dan menjadi hambatan bagi warga untuk berobat.

"Bilapun dipaksakan, dikhawatirkan pengendara bersama penumpang akan terjungkal ke dalam waduk ataupun ke jurang sedalam lima meter, sehingga untuk menghindari kondisi jalan rusak tersebut, mereka harus berputar sejauh empat kilometer ke Blang Bati, Keude Alue Rheng, Pulo Ara," sebut Keuchik Hasyem.



Ia juga turut menceritakan nasib pilu yang dialami warganya Wardiah (35), dalam kondisi hamil harus dilarikan tengah malam ke tempat praktek di Blang Birah sejauh lima kilometer. Selang beberapa jam setelahnya, harus dirujuk ke RSU dr Fauziah Bireuen untuk dilakukan operasi.

Warga lain, Ema Jafaruddin (22) juga terpaksa menginab dua hari dua malam di Blang Birah, sambil menunggu tibanya waktu melahirkan, mingingat tidak sanggup bolak balik untuk pulang.

"Sementara untuk mengawasi Program Kesehatan ibu, Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Imunisasi, Pemantauan status gizi, pencegahan-penanggulangan diare (Posyandu Balita), Me Bu Gateng (hantaran tujuh bulanan), selama tiga tahun belakangan ini diperbantukan Sazaina Amd Keb (42) selaku Bides Gampong Alue Gandai semenjak 2020," pungkasnya.

Tentu saja, kata keuchik, tidak mudah menghandel dua gampong sendirian, apalagi sekarang laporannya harus dilaporkan rutin setiap bulan secara online, sehingga untuk memenuhi kebutuhan data secara tiba-tiba, sering kali meminta bantuan Mira Wardani (22) Kader Pembangunan Manusia (KPM) desa setempat.

Sementara itu, Camat Peudada, Erry Seprinaldi S.STP.,S,Sos,MSi, telah menyampaikan langsung ke kapus keluhan Keuchik Buket Paya. Dalam pembicaraan tersebut, dirinya menyarankan agar segera dicarikan jalan keluar sesuai kewenangan masing-masing, serta diharapkan semua kekurangan dibenahi oleh masing-masing Kades.

"Diharapkan masyarakat menyemangati, berbaur, serta mendukung kerja para bidan yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) supaya betah menetap, karena, legalisasi tersebut merupakan bukti tertulis diberikan oleh lembaga masing-masing tenaga kesehatan yang telah dicatat atau didaftar pada bidangnya," pungkas Camat Erry.

Selain itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Peudada, Ns Kafrawi S Kep M Kes mengutarakan bahwa, bides yang pindah tidak diangkat lagi penggantinya oleh Kementrian Kesehatan karena sebelumnya sudah di SK-kan digampong tersebut. Intansinya tidak punya kewenangan melarang, karena mereka membawa surat pindah dari Badan Kepegawaian, Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM).

"Bides tidak bisa sembarangan bisa ditempatkan, karena tugas mereka berat dan beresiko tinggi saat membantu pasien hamil dan melahirkan, maka diseleksi lebih dulu mental, kemampuanya supaya tidak menimbulkan kesalahan-kesalahan fatal. Selain itu, untuk memenuhi kekurangan pelayanan selama ini semua bidan PNS dan senior ditugaskan didua desa," sebut Kafrawi.

Ia merincikan, dari 28 unit Poskesdes, 21 terisi, sementara 7 kosong, dan yang perlu pembenahan khusus Blang Kubu, Cot Keutapang, Dayah Mon Ara, akan tetapi dalam satu tahun belakangan ini sudah dilakukan upaya menyelesaikan permasalahan, dengan menempatkan bidan magang di beberapa lokasi, diantaranya, Nasriati (27) Meunasah Teungoh, Vivi Nirwana (32) Blang Matang, Diana Dewi (29) Lawang, Ikhwani (33) Cot Keutapang, dan Fitriana (32) Pulo Ara.

Sedangkan, Kepala Subbagian Umum Kepegawaian (Kasubag) Dinas Kesehatan Bireuen, Eli Safriani (45) menyebutkan bahwa bidan tidak kurang, mengenai penempatan diutamakan yang ada Polindes lebih dulu, khususnya keluhan keuchik Buket Paya akan disampaikan kepada Kepala Dinas.

"Berhubung kadis masih kurang sehat, akan dikonsultasikan dengan Bidang Pelayanan serta Kapus Peudada," katanya. [Afrizal]


Posting Komentar

0 Komentar