Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget


Lumpuh Sejak Balita, Rasya Tidur di Kasur Robek dengan Luka yang Membusuk

 


KabarJW — Di sebuah rumah kecil berdinding kayu di Desa Seunubok Plimbang, Kecamatan Plimbang, Kabupaten Bireuen, seorang anak laki-laki berusia 13 tahun menjalani hidup yang tak seperti kebanyakan anak seusianya. Namanya Muhammad Rasya. Sejak usia dua tahun, ia harus menghadapi kenyataan pahit: kelumpuhan yang membuat tubuh mungilnya tak lagi bisa digerakkan.

Rasya adalah anak kedua dari tiga bersaudara, buah hati pasangan Mulyadi (43) dan Aisyah (40). Hari-harinya ia lalui hanya di atas kasur tipis yang telah usang, tanpa mampu mengubah posisi tubuhnya sendiri.

Wajahnya yang polos menyimpan ketabahan luar biasa, meski tubuhnya terus melemah dan luka di bagian bokongnya memburuk karena terlalu lama terbaring.

Ketika Tim Jurnalis Warga menyambangi rumah mereka pada Kamis (8/5/2025), suasana sunyi dan pilu menyelimuti. Di tengah kondisi ekonomi yang serba kekurangan, keluarga ini berjuang untuk tetap bertahan.

Tak ada suara televisi atau mainan anak-anak, hanya napas berat seorang ibu yang menahan air mata sambil menunjuk lemari beras yang kosong.

"Jangankan untuk membawa Rasya berobat ke rumah sakit, siang tadi saja kami hanya bisa makan dari bantuan keluarga yang tinggal di samping rumah," ujar Aisyah lirih.

Matanya menatap kosong, tapi ada harapan yang masih berpendar di sana—harapan akan keajaiban, akan tangan-tangan dermawan yang bersedia membantu.

Sang ayah, Mulyadi, bekerja sebagai buruh kasar. Penghasilannya yang tidak menentu nyaris tak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, apalagi untuk pengobatan anaknya.

Selama ini, yang bisa mereka lakukan hanyalah membeli obat dari apotek terdekat, sekadar untuk mengurangi rasa sakit Rasya. Tapi mereka tahu, itu bukan solusi jangka panjang.

"Kami sangat berharap ada yang peduli, entah untuk biaya pengobatan Rasya, atau sekadar membantu kami membeli kasur baru agar dia bisa tidur lebih nyaman," tambah Aisyah.

Di balik derita yang dalam, keluarga kecil ini tidak pernah berhenti berharap. Dalam kesunyian rumah kayu itu, Rasya menunggu—bukan hanya kesembuhan, tetapi juga uluran kasih dari mereka yang ingin berbagi.

 

[Muhammad Akmal/ Jurnalis Warga]


Posting Komentar

0 Komentar