Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget


Syahrizal, Disabilitas Daksa Jadi Tukang Las Demi Nafkahi Keluarga

 


KabarJW – Syahrizal (44), warga Gampong Cot Keutapang, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen, merupakan penyandang disabilitas kaki lumpuh sejak puluhan tahun silam.

Keterbatasan tersebut, tidak menghalanginya untuk beraktifitas.

Menjadi peminta juga tidak dijadikan solusi. Padahal mudah baginya untuk mengiba, agar mendapat simpati banyak orang. Tapi tidak pernah dilakukannya.

Hingga kini ayah dari dua anak ini, tetap semangat bekerja manafkahi keluarga kecilnya, dengan menjadi tukang las.

Kepada KabarJW, Kamis (9/03/2023), dirinya mengatakan, memiliki bengkel berukuran 5x10 meter, tempat dirinya bekerja dibuka dua tahun lalu. Bangunan tanah wakaf milik gampong itu, disewa seharga Rp 2.5 juta per tahun.

Fasilitas yang dimiliki pun terbatas yaitu hanya satu unit mesin las dan gerenda, sehingga saat pekerjaan dilakukan, terpaksa harus gonta-ganti alat kerja bersama temannya.

Sehingga lebih banyak menyita waktu dan biaya diluar target, begitu juga keuntungan yang tidak seberapa.

Bahkan terkadang dalam sebulan, dia mendapat beberapa pekerjaan sekaligus. Tapi terpaksa tidak dilakukan semua, karena keterbatasan fisik. Konon lagi modal mereka sangat terbatas.

“saya rencana mau beli tempat kerja permanen, namun biayanya belum cukup. Bahkan semenjak pandemi Covid-19, penghasilan sangat terbatas. Hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari,” ungkapnya.

Biasanya sebelum bekerja, dia diberikan panjar. Jika sepi pelanggan, dia membantu temannya yang lain.

Seringkali pelanggan mengeluh akibat pengerjaannya yang agak sedikit lebih lama dari target, tapi setelah dijelaskan mereka juga memahaminya.

Dia sudah menekuni bidang tersebut selama puluhan tahun, dari satu tempat ke tempat lainnya. Dia belajar banyak tentang arti bertanggungjawab, dan terus gigih dalam bekerja tanpa patah semangat.

Sedangkan kehidupan sehari-hari, pengeluaran Syahrizal per minggu sekitar Rp 400 ribu. Baik untuk kebutuhan dapur, jajan anak ke sekolah, dan pribadinya sendiri. Belum termasuk untuk kebutuhan pekerjaan.

Istrinya Mariamah Hanun (47) juga pintar mengelola keuangan, sehingga meski terbatas tapi penggunaannya bisa diatur dengan baik. Bahkan untuk memenuhi pendidikan anaknya.

Disisi lain, sang anak pun terkadang mengeluh, karena sering diejek oleh teman-teman, mengenai kondisi ayahnya.

“dulu sepulang sekolah, mereka selalu menangis karena diejek sama temannya. Kami hanya bilang sabar saja. Ya mau gimana lagi, semua ini takdir Sang Kuasa,” ungkapnya

Syahrizal setiap hari mengantar kedua anaknya ke sekolah dan pengajian, menggunakan becak roda tiga yang telah dimodifikasi secara sederhana. Lagipula hal itu dilakukan, karena sang istri tidak bisa mengendarai sepeda motor.

Sementara itu, menyikapi kondisi Syahrizal, Keuchik Gampong Cot Keutapang, melalui Masrizal (48) selaku Sekdes Gampong dan juga Ketua Tim Anggaran Pemerintah Gampong (TAPG) menyampaikan, amanat yang tertuang dalam Qanun Kabupatem Bireuen Nomor 06 Tahun 2018 Bab XVI Tentang Keuangan Gampong Pasal 254.

Bahwa prioritas Bantuan Langsung Tunai (BLT-DD) untuk para disabilitas, janda meninggal suami yang masih punya tanggungan anak yatim, warga sakit menahun, dan lansia yang tidak terdaftar sebagai menerima Program Keluarga Harapan (PKH).

"Atas dasar aturan tersebut, dari total 400 KK di Cot Keutapang, yang terakomodir hanya 55 KK dengan pertimbangan 25% ambang batas penganggaran. Dari 25% tersebut, keluarga Syahrizal termasuk di dalamnya," sebut Masrizal.

Mengenai kebutuhan alat kerja yang dibutuhkan, ia akan menyampaikannya kepada keuchik beserta tuha peut gampong dan Pendamping Lokal Desa (PLD) untuk dimusyawarahkan.

"Sepanjang dibenarkan dalam aturan, kami akan mencari solusi. Karena tidak selamanya bantuan sosial di gampong, bisa diberikan tanpa ada petunjuk teknis dari pemerintah pusat," ujarnya.

Aparatur gampong menilai, keluarga Syahrizal sudah sangat layak untuk dibantu.

Selain sebagai kepala keluaga yang disabilitas, istrinya juga tidak bisa berjalan normal, hanya bisa berjalan pelan. Kondisi tersebut terjadi semenjak dirinya melahirkan anak kedua mereka.

"nanti akan kami usulkan sebagai penerima PKH untuk anak-anaknya, dan meminta operator Gampong akan membantu melengkapi dokumen yang dibutuhkan oleh Dinas Sosial Bireuen," pungkas Masrizal.

[Penulis : Afrizal]


Posting Komentar

0 Komentar