Reza sedang melayani pembeli bakso somai |
KabarJW – Di tengah tantangan ekonomi yang tidak stabil, Reza (26), seorang pemuda dari Gampong Meunasah Bungo, Kecamatan Peudada, Bireuen, berjuang dengan tekun menjajakan bakso keliling.
Usaha ini ia pilih untuk membantu ibunya, Nur Aini (61), setelah kehilangan ayahnya, Tarmizi, pada tahun 2020. Setiap hari, dirinya memulai aktivitasnya dari pukul 15.00 hingga 23.00, dengan harapan meraih penghasilan bersih sekitar 80 ribu rupiah.
Namun, tantangan semakin berat ketika harga bahan baku melonjak. Modal awal usaha semula 300 ribu kini meningkat menjadi 400 ribu rupiah. Meskipun ia bisa meraih keuntungan kotor antara 100 hingga 150 ribu perhari, kenyataannya, setelah dikurangi biaya, situasi keuangannya tetap menipis.
"Kenaikan harga ayam yang mencapai 65 hingga 70 ribu rupiah per ekor dan tepung melonjak dari 7 ribu menjadi 13 ribu sangat membebani," keluhnya saat diwawancarai oleh KabarJW pada 20 September 2024.
Akibat kondisi ekonomi sulit, adik-adiknya, Raihan (23) dan Nurfazillah (18), hanya bisa mengenyam pendidikan hingga SMP dan kini mondok di Dayah Nurul Falah Meunasah Krung-Peudada
"Karna ketimpangan ekonomi, selama ini, saya belum bisa memenuhi sepenuhnya kebutuhan ibu dan adik-adik," ungkapnya
Ia pun berusaha menjaga kepuasan pelanggan dengan mengurangi ukuran bakso daripada menaikkan harga.
harapanya kedepan agar pemerintah, khususnya Gubernur dan Bupati terpilih, lebih fokus pada perbaikan ekonomi masyarakat.
"Keseimbangan harga jual beli jauh lebih efektif daripada sekadar memberikan bantuan subsidi. Bantuan sembako atau uang tunai tidak menjamin ekonomi warga akan lebih baik, justru bisa makin menambah ketergantungan," tegasnya.
Modal usaha yang diterimanya dari Baitul Mal Bireuen sebesar 2 juta rupiah, tanpa harus mengajukan proposal, memberikan sedikit harapan. Sedangkan ilmu didapat dari belajar berjualan dari penjual lain yang berbagi pengalaman dan strategi.
Reza Fitria S.si. MSc Kepala Bidang Perdagangan, Disprindangkop Bireuen saat diwawancarai diruang kerjanya |
Di sisi lain, Reza Fitria S.si, MSc, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan dan Koperasi Bireuen, mengungkapkan bahwa inflasi merupakan indikator utama kinerja kepala daerah.
"Kami memantau ketersediaan dan harga barang, meskipun kami tidak bisa menekan harga bahan pokok," jelasnya.
Menjelang hari besar seperti Ramadan dan Idul Fitri, harga barang biasanya meningkat. Untuk mengantisipasi hal ini, Dinas Perdagangan membuka pasar murah di 17 kecamatan.
Program ini sangat membantu masyarakat menengah ke bawah, dengan biaya 200 ribu sudah mendapatkan kebutuhan pokok seperti telur, beras premium, minyak goreng, dan gula pasir.
Setiap minggu, pihaknya juga mengadakan zoom meeting dengan Dirjen Kementerian Perdagangan dan Kementerian Dalam Negeri untuk membahas perkembangan harga pasar, serta kolaborasi dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Polri untuk memastikan kestabilan ekonomi.
Dengan
semangat juang tinggi, Reza terus
berupaya menghadapi setiap tantangan, berharap suatu saat bisa memberikan
kehidupan lebih baik bagi keluarganya.
[Afrizal/ Jurnalis Warga]
0 Komentar