Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget


Kisah Pilu Nek Ainsyah, Mengais Rezeki di Usia Senja dan Rawat Anak ODGJ

 

KabarJW- Ainsyah Usman (72) warga Gampong Blang Bati, Mukim Alue Rheng, Kecamatan Peudada, Bireuen, selama ini hidup melarat.

Rumah yang ditempati bersama anak semata wayang, Ilyas (44) termasuk Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ), berupa bangunan yang telah lapuk dimakan usia. Dinding, depan, dan tiga pintu sudah tidak layak pakai lagi.

Rumah tersebut pernah direhab menggunakan anggaran gampong tahun 2018.

Tidak ada kamar tidur. Aisyah dan putranya tidur di ruang tamu, dengan menggunakan ranjang berbeda. Dapur sudah lama tidak dipakai pada malam hari, karena tidak memiliki listrik. Bila malam tiba mereka menggunakan lampu teplok sebagai penerang ruangan.

Kepada KabarJW pada 7 Juli 2022, Ainsyah mengatakan saat ini dia masih bekerja mencari uang untuk sesuap nasi. Setiap pagi pada musim sekolah, dia menyapu pekarangan sekolah. Dia juga menjajakan kue untuk murid SD Negeri 12 Peudada. Jualan itu dilakukan sembari menunggu waktu jam sekolah selesai.

Usai Salat Dhuhur, Aisyah melangkah ke Pasar Keude Alue Rheng, Peudada. Di sana dia mengumpulkan botol bekas, termasuk botol bekas air mineral. Satu unit sepeda tua menemani hari-harinya mengumpulkan barang bekas di sepanjang jalan.

Pukul 18.00 WIB, dia tiba di rumahnya, menaruh barang bekas di sudut, dan menyerahkan sepeda kepada putranya yang bergegas menuju masjid.

Menanam Padi di Sawah Warisan

Meskipun sudah renta, Ainsyah tidak membiarkan sedikitpun waktu berlalu begitu saja. Bila musim tanam tiba, dia akan turun ke sawah, menggarap 800 meter petak sawah peninggalan ayahnya. Hasil panen dikonsumsi sendiri. Yang lebih, diberikan kepada orang lain sebagai sedekah. Sebagian dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Semakin hari, bertambah pula degradasi kesehatannya. Tapi ia tidak bisa berhenti mencari nafkah. Putranya tak pernah pulih, sehingga tidak dapat membantunya.

“Saya jalani saja hidup ini dengan ikhlas. Tak tahu harus mengadu kemana,” katanya lirih.

“Si Ilyas sudah delapan tahun mengalami gangguan jiwa. Empat tahun belakangan bertambah parah sakitnya.”

Ilyas bukan saja sakit, tapi juga membutuhkan obat. Ainsyah tidak mungkin membiarkan putranya begitu saja, bahkan terkadang harus menjual beras untuk menebus obat anaknya. Kondisi itu sangat dilematis. Terkadang ia lelah sekali, tapi tidak punya pilihan.

Ainsyah selama ini menerima bantuan BST-POS. ia menerima bantuan itu tahun 2021. Sedangkan bantuan khusus lansia, belum sekalipun dia dapatkan. Hal ini karena dirinya tidak memiliki Kartu Keluarga (KK). Syukurnya, tahun 2022, dia diberitahu menjadi bagian dari warga yang mendapatkan BLT dari gampong tempat ia bermukim. [Afrizal/ Jurnalis Warga Bireuen]

Posting Komentar

0 Komentar