Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget


Nelayan di Kuala Jangka Alami Kesulitan Melaut

KabarJW– Abakar Jali (62), Panglima Laot Kecamatan Jangka, Bireuen, mengungkapkan kekecewaannya karena selama enam tahun, sejak Tahun 2020 hingga 2023 tidak pernah dilakukan pengerukan Kuala Jangka.

Saat ditemui tim KabarJW pada 20 Januari 2024, dirinya menyampaikan, nelayan mengalami kesulitan untuk melaut. Kalau dulu mereka bisa pergi melaut kapan saja, sekarang harus menunggu air pasang dulu baru bisa melaut. Bagi mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk menunggu, daripada bekerja.

Informasi yang dihimpun, terdapat kapal penangkap ikan/ boat sebanyak 123 unit dengan ukuran 1,5 GT, dan ada sekitar 700 nelayan menggantungkan hidupnya diareal tersebut. Meliputi warga Gampong Jangka Alue Ue, Jangka Alue, Jangka Mesjid, Jangka Ketapang, Jangka Alue Bi Pusang, Tanjongan, dan Alue Buya Pasi.

Seringkali boat harus pindah kelokasi ke Kuala Raja Jeumpa, PPI Peudada, Krung Mane, dan biasanya para pelaut diantar menggunakan mobil.

Lelaki yang akrab disapa Abu Laot, menjelaskan, bahwa dirinya sering mendatangi Kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Bireuen. Diakui respon pihak dinas memang selalu baik, namun tidak pernah ada tindak lanjut.

Dirinya juga menyesalkan, jika dirinya tidak pernah dilibatkan pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) baik di tingkat kecamatan, maupun kabupaten.

“Selama ini hanya mengikuti rapat dilevel gampong saja di Jangka Mesjid, jadi kami tidak bisa mengawal program yang kami usulkan, apalagi mengadvokasi masuk ke program prioritas di kecamatan dan kabupaten, itu mustahil”, ungkapnya kesal.

Dia mengaku, bahwa sebelumnya pernah dipasang Jetty (pengaman pantai) beberapa tahun lalu, namun masih tersisa 200 meter lagi. Karena tidak dilanjutkan, akhirnya gelombang air pasang selalu menghempas pasir ketepi pantai, sehingga mengakibatkan kuala dangkal.

“Padahal jika semuanya terpasang rapi hingga kebibir pantai, sangat mudah air laut memasuki muara. Bila diamati, proyek tersebut seperti asal jadi. Apalagi menghabiskan anggaran milyaran rupiah, akan tetapi tidak bisa dimanfaatkan oleh para nelayan,” jelasnya.

Jauhari (59) Keuchik Gampong Jangka Mesjid, ikut merasakan juga dampak yang dialami oleh warganya maupun tetangga gampong, apalagi 90% profesinya adalah nelayan 

Namun dirinya tidak bisa berbuat banyak, karna dana desa tidak mampu mengkomodir anggaran untuk pembangunan fisik sebanyak itu. Dirinya harus memprioritaskan kegiatan wajib, salah satunya mengenai pelayanan dasar.

“Hampir setiap tahun diusulkan lanjutan pemasangan Jetty, tapi belum pernah terealisasi”, ujarnya.

 

Penulis: Afrizal/ Jurnalis Warga Bireuen


Posting Komentar

0 Komentar